Senin, 30 November 2009


Dream Theater dibentuk pada bulan September 1985, ketika gitaris John Petrucci dan bassis John Myung memutuskan untuk membentuk sebuah band untuk mengisi waktu luang mereka ketika bersekolah di Berklee College of Music di Boston. Mereka lalu bertemu seorang pemain drum, Mike Portnoy, di salah satu ruang latihan di Berklee, dan setelah dua hari negosiasi, mereka berhasil mengajak Mike Portnoy untuk bergabung. Setelah itu, mereka bertiga ingin mengisi dua tempat kosong di band tersebut, dan Petrucci bertanya kepada teman band, Kevin Moore, untuk menjadi pemain keyboard. Dia setuju, dan ketika Chris Collins diajak untuk menjadi vokalis, band tersebut sudah komplit.

Dengan lima anggota, mereka memutuskan untuk menamai band tersebut dengan nama Majesty. Menurut dokumentasi DVD Score, mereka berlima sedang mengantri tiket untuk konser Rush di Berklee Performance Center ketika mendengarkan Rush dengan boom box. Portnoy lalu berkata bahwa akhiran dari lagu tersebut (Bastille Day) terdengar sangat "majestic". Pada saat itulah mereka memutuskan Majesty adalah nama yang bagus untuk sebuah band, dan tetap bagus sampai sekarang.

Pada saat - saat tersebut, Portnoy, Petrucci dan Myung masih berkutat dengan kuliah mereka, juga dengan kerja paruh waktu dan mengajar. Jadwal mereka menjadi kiat ketat sehingga mereka harus memutuskan antara mengejar karir di bidang musik atau mengakhiri band Majesty. Namun akhirnya Majesty menang dan mereka bertiga keluar dari Berklee untuk berkonsentrasi di karir musik. Petrucci mengomentari tentang hal ini di dokumentasi DVD Score, berkata bahwa saat tersebut sangat susah untuk meminta kepada orang tuanya untuk pergi ke sekolah musik. Dan lebih susah lagi untuk menyakinkan orang tuanya agar ia boleh keluar dari sekolah.

Moore juga akhirnya keluar dari sekolahnya, SUNY Fredonia, untuk berkonsentrasi dengan band tersebut.

Beberapa teknik penulisan lagu yang unik telah dilakukan oleh Dream Theater, yang kebanyakan terjadi di masa - masa sekarang, ketika mereka bisa bereksperimen dengan label rekaman mereka sendiri.

Dimulai dengan Train of Thought, Dream Theater sudah memulai memasukkan elemen - elemen kecil dan tersembunyi di musik mereka, dan memuat elemen tersebut kepada peminat yang lebih fanatik. Karakteristik yang paling terkenal (yang biasa disebut "nugget") tersembunyi di "In the Name of God", yang merupakan kata - kata terkenal dari Mike Portnoy. Sejak saat itu, banyak peminat - peminat Dream Theater mulai berusaha menemukan hal - hal kecil yang biasanya tidak menarik bagi peminat biasa.

Beberapa dari teknik mereka yang terkenal termasuk:

· Suara dari fonograf di akhiran dari "Finally Free" di album Scenes from a Memory adalah suara yang sama di awalan "The Glass Prison" di album berikutnya, Six Degrees of Inner Turbulence. Dan akhiran kunci terakhir di "As I Am" sama dengan kunci yang digunakan di album selanjutnya, Train of Thought. Juga, not piano yang dimainkan di akhiran "In the Name of God" di 'Train of Thought adalah not yang sama dengan pembukaan "The Root of All Evil" di album berikutnya, Octavarium.

· Tiga bagian dari "The Glass Prison" di Six Degrees of Inner Turbulence, dua bagian dari "This Dying Soul" di Train of Thought dan dua bagian dari "The Root of All Evil" di Octavarium menunjukkan tujuh poin pertama dari dua belas poin - poin di program Alcoholics Anonymous oleh Bill Wilson, yang mana program itu diikuti oleh Mike Portnoy. Ia juga berkata bahwa ia akan membuat lagu - lagu lain yang memuat lima program lainnya, yang akan ditujukan untuk Wilson

· Dream Theater kadang menggunakan teknik penulisan lagu dimana bagian - bagian dari sebuah lagu dikembangkan tiap kali mereka dimainkan. Contohnya, lagu "6:00" dari Awake. Setelah awalan lagu, mereka hampir memainkan chorus, tapi mengulang lagu tersebut dari awalan lagi (di menit 1:33). Dan ketika chorus sudah seharusnya dimainkan pada saat berikutnya, mereka mengulang lagi dari awalan, di menit 2:11. Teknik ini bisa juga ditemukan di "Peruvian Skies", "Blind Faith" dan "Endless Sacrifice"

· Penggunaan notasi yang berulang - ulang juga digunakan, yang sudah dikenal dari lagu - lagu Charles Ives, contohnya:

o Tema lagu "Wait for Sleep" muncul di "Learning to Live" (menit 8:11) dan juga muncul dua kali di "Just Let Me Breath" (menit 3:39 dan 5:21)

o Tema lagu "Learning to Live" muncul di "Another Day" (menit 2:53)

o Tema lagu "Space-Dye Vest" digunakan beberapa kali di album Awake.

o Tema pembukaan dari "Erotomania" digunakan di "Voices" di Awake (menit 4:51).

o Satu dari melodi - melodi di "Metropolis Pt 1 (The Miracle and the Sleeper)" diulang di chorus kedua di "Home" dari Metropolis Pt 2 (Scenes From A Memory), dengan cuma pengubahan satu kata. Beberapa lirik dari "Metropolis Pt 1" just digunakan di "Home". Pada dasarnya, keseluruhan album "Scenes From A Memory" penuh dengan musikal/lirikal/konseptual variasi dari elemen - elemen musikal dari "Metropolis Pt 1" dan "The Dance of Eternity" sebenarnya dibangun dari variasi - variasi elemen musik di lagu - lagu dalam album tersebut.

o Bagian - baguan dari tiap lagu di album "Octavarium" telah digunakan di bagian kelima dari lagu berjudul sama, "Octavarium".

· Six Degrees of Inner Turbulence, studio album ke enam mereka, memuat enam lagu dan mempunyai karakter - karakter angka enam di judul - judul lagunya. Train of Thought, studio album ke tujuh mereka, memuat tujuh lagu. Octavarium, studio album ke delapan mereka memuat delapan lagu dan judul albumnya diambil dari kata octo, yang merupakan kata Latin yang berarti delapan, berarti satu oktaf dari istilah musik, yang mana merupakan jarak dari satu not ke not lain adalah delapan not di tangga nada diatonik. Judul lagi dari CD ini adalah 24 menit, kelipatan dari 8. Halaman depan albumnya juga memuat karakter - karakter yang berhubungan dengan 5 dan 8. Contohnya, satu set dari kotak - kotak putih dan kotak - kotak hitam, mempunyai arti satu oktaf dari piano.

· Lagu "Octavarium" dulunya ingin diakhiri dengan seruling yang bergema serupa dengan awalan lagu tersebut. Namun diganti dengan not piano yang sama dari awalan album Octavarium. Mike Portnoy telah mengatakan bahwa seri awalan - akhiran album akan berhenti disini, karena album ke sembilan mendatang tidak akan diawali dengan akhiran "Octavarium"

· Analisis detil tentang "nugget" di "Octavarium" (disebut oleh Mike Portnoy sebagai "sebuah nugget raksasa") telah dipublikasikan di sebuah situs independen.

Sumber : www.wikipedia.com









Suku Maya Pernah Menetap di Indonesia?

Hubungan antara Suku Maya dan Asia menarik minat sejumlah sejarawan dan antropolog. Pasalnya, candi-candi yang terletak di kompleks Chichen Itza mirip dengan candi di Asia. Bahkan, ada pula yang persis dengan yang dimiliki Indonesia.

Hubungan antara Suku Maya dan Asia menarik minat sejumlah sejarahwan dan antropolog. Pasalnya, candi-candi yang terletak di kompleks Chichen Itza mirip dengan candi di Asia. Bahkan, ada pula yang persis dengan yang dimiliki Indonesia. Lantas, bagaimana para ahli menjelaskan adanya persamaan antara bahasa Jepang dan Bahasa Maya. Apakah Suku Maya dan Asia berasal dari satu nenek moyang? Ataukah mereka pernah menetap di Asia, termasuk Indonesia?

Kompleks candi suku Maya di Chichen Itza dibangun sekitar tahun 502-522 Masehi. Ia merupakan bangunan peninggalan Suku Maya yang paling lengkap dan terawat dengan baik. Kompleks candi ini cukup luas dan tiap candi terpisah satu sama lain. Di tengah-tengah berdiri Candi El Castilo yang bentuknya menyerupai piramida dengan atap terpancung. Yang mengherankan, Candi El Castilo mirip dengan Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar, Jawa tengah.

Candi Sukuh sendiri terletak di sisi barat Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Bangunan yang ditemukan pada tahun 1815 ini dibangun pada abad XV. Awalnya, candi ini dianggap bercorak Hindu dengan adanya relief lingga yoni yang melambangkan kesuburan. Namun, melihat bangunannya lebih mirip dengan punden berundak yang umum pada masa megalitikum. Candi yang terletak di tempat yang sunyi ini hingga sekarang masih menyimpan misteri dan menjadi bahan perdebatan para sejarahwan nasional.

Tentang keterkaitan candi Suku Maya dan Indonesia pernah menjadi bahan penelitian Prof. Gualberto Zapata Alonzo. Dalam bukunya bertajuk An Overview of The Mayan World yang terbit di Yucatan, Meksiko tahun 2002, Prof Alonzo menyebutkan, seni dan kesadaran beragama Suku Maya memiliki persamaan dengan India, Indocina dan Indonesia.

Candi Tikal di Guatemala ada kesamaan dengan piramida Naksei Chan Crong di Angkor, Kamboja. Begitu pula dengan Candi di Paleque, Meksiko. Candi itu mirip dengan Candi Ajanata di India. Selain itu, simbol-simbol agama dan mitos binatang Suku Maya mirip dengan di Jawa dan Indocina. Dalam Mahabharata dan Ramayana terdapat pula suku dengan panggilan Maya. Bahkan, pada agama Hindu terdapat dewa bernama Maya.

Alonzo dalam bukunya juga mencatat keheranan seorang mahasiswa Jepang ketika bertandang ke Guatemala. Saat itu ia bertugas mengantar para antropolog ke Chiapas dan melalui perbatasan Guatemala. Mahasiswa bernama Yutaca Yanome itu kaget ketika mendengar percakapan beberapa Suku Maya Tojolabalas yang satu bus dengan mereka. Ia mengaku sedikit memahami kata-kata yang diucapkan Suku Maya itu.

Keterkaitan Maya dan Asia ini pernah dirangkum Ignacio Magaloni Duarte dalam Educadores del Mundo (Pendidik Dunia). Di buku yang terbit tahun 1968 ini Duarte membuktikan bila Suku Maya pernah tinggal di Jepang, Cina, Mesir dan Negara Asia lainnya. Saat berkunjung ke India, mereka disebut Suku Naga. Duarte berani memproklamirkan bila Suku Naga itu Suku Maya dari kemiripan penyebutan angka dari 1 sampai 10.

Suku Naga menyebut angka 1-10 dengan: 1:Hun, 2:Cas,3:Ox, 4:San,5:Ho, 6:Usac, 7:Uac, 8:Uaxax, 9.Bolam, 10:Lahun. Sementara Suku Maya menyebut angka 1-10 dengan: 1:Hun, 2:Ca, 3:Ox, 4:Can, 5:Ho, 6:Uc, 7:Uac, 8:Uaxax, 9.Bolom, 10:Lahun.

Bila Suku Maya pernah menetap di Jepang dan India, bisa jadi mereka juga pernah singgah di Kepulauan Indonesia.

Sumber : http://citizennews.suaramerdeka.com

Selasa, 17 November 2009









Adhi Warsito lahir di Demak pada tanggal 27 Januari 1991. Memulai riwayat pendidikannya di TK Pamekar Budi, kemudian SD Negeri Bintoro 2 Demak, SMP Negeri 2 Demak, SMA Negeri 1 Demak dan sekarang sedang menempuh pendidikan di jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Pemuda yang beragama islam dan berhobikan musik ini bertempat tinggal di Demak dengan alamat Kp. Pandean No. 7 Rt 4/III Bintoro Demak, Jawa Tengah. Dan memiliki alamat kost di Tunjungsari No. 27 Tembalang Semarang.

Memiliki riwayat organisasi antara lain :

· OSIS SMP (Bendahara)

· Ketua Dewan Seni SMA

· Karang Taruna

Prestasi yang pernah diraihnya cukup gemilang, antara lain :

· Siswa Teladan SD Tingkat Kabupaten

· Finalis Lomba Vocal Group PORSENI SMP se- Jawa Tengah tahun 2005

· Juara II Festival Band Umum se- Demak tahun 2006

· Juara II Student Battle Band Festival se-Jawa Tengah tahun 2007

· Juara III Festival Band Valentine Days se-Jawa Tengah tahun 2007

· Juara I Festival Band Pelajar se-Demak tahun 2008

· Juara II Festival Band Grebeg Besar Demak tahun 2008

Juara II Festival Band Pelajar Telkomsel Regional Jawa Tengah tahun 2009